Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Kajian Ilmu Hadits
Dari wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas.
Struktur Hadits
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari
Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman
seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (Hadits riwayat Bukhari)
[sunting]
Sanad
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah
Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah :
Keutuhan sanadnya Jumlahnya
Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini
diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi
mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
[sunting]
Matan
1 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan
ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang
ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadist ialah:
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
Matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya
(apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al
Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
[sunting]
Klasifikasi Hadits
Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad,
keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima
atau tidaknya hadits bersangkutan)
[sunting]
Berdasarkan ujung sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu' (terangkat), mauquf
(terhenti) dan maqtu' :
Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW
(contoh:hadits sebelumnya)
Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada
tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'.
Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar,
Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah".
Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang
untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak
lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh
hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin
mengatakan: "Pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana
kamu mengambil agamamu".
Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain
seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting
mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para
sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam area perdebatan dalam fikih (
Suhaib Hasan, Science of Hadits).
[sunting]
Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad
2 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni Musnad, Munqati',
Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap
tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur diatasnya.
Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur 1(Para
sahabat) > Rasulullah SAW
Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits
tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan terjadinya
transfer hadits berdasarkan waktu dan kondisi.
Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan
langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2) mengatakan "Rasulullah
berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh: "Seorang
pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa
ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).
[sunting]
Berdasarkan jumlah penutur
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau
ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan
klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan hadits Ahad.
Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad
dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan
hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan
(thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits
mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir
sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap
riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap
riwayat)
Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan
mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu
penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)
Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan)
namun tidak mencapai derajat mutawatir.
[sunting]
Berdasarkan tingkat keaslian hadits
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan
kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan
hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, da'if dan maudu'
Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih
3 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Sanadnya bersambung;
Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik,
terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab
tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits .
Hadits Hasan, bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil
namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal,
mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak
kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
Hadits Maudu', bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur
yang memiliki kemungkinan berdusta.
[sunting]
Jenis-jenis lain
Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:
Hadits Matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu Hadits yang hanya dirwayatkan oleh
seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang
bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/jujur.
Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya
terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah
hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa
juga disebut Hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut Hadits Mu'tal (Hadits sakit atau cacat)
Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang
perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama dan kontradiksi dengan
yang dikompromikan
Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh perawi yang
dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad
(silsilah) maupun matan (isi)
Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah
Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya
Hadits Syadz, Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi orang yang
terpercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi yang
lain.
Hadits Mudallas, disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu Hadits yang
diriwayatkan oleh melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya,
padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi Hadits Mudallas ini ialah
hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya
[sunting]
Periwayat Hadits
Sampul kitab hadits Sahih Bukhari
4 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
[sunting]
Periwayat Hadits yang diterima oleh Muslim
Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H)
Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H)
Sunan Abu Daud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H)
Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H)
Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H)
Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
Imam Ahmad bin Hambal
Imam Malik
Ad-Darimi
[sunting]
Periwayat Hadits yang diterima oleh Muslim Syi'ah
Muslim Syi'ah hanya mempercayai hadits yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad saw,
melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib.
Syi'ah tidak menggunakan hadits yang berasal atau diriwayatkan oleh mereka yang menurut
kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, istri Muhammad saw, yang melawan Ali
pada Perang Jamal.
Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar menggunakan:
Ushul al-Kafi
Al-Istibshar
Al-Tahdzib
Man La Yahduruhu al-Faqih
[sunting]
Pembentukan dan Sejarahnya
Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah hadits
Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai
Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu
selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui berita itu, atau
disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga
sampai kepada pembuku Hadits. Itulah pembentukan Hadits.
[sunting]
Masa Pembentukan Al Hadist
Masa pembentukan Hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih
kurang 23 tahun. Pada masa ini Al Hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau
hafalan para sahabat saja.
[sunting]
5 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Masa Penggalian
Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi'in, dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad
pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini Al Hadits belum ditulis ataupun dibukukan. Seiring
dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang
mendorong para sahabat saling bertukar Al Hadits dan menggali dari sumber-sumber
utamanya.
[sunting]
Masa Penghimpunan
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima Al
Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke
bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Al Hadits palsu. Para sahabat dan tabi'in ini
sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam permusuhan
tersebut, sehingga jika ada Al Hadits baru yang belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti
secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan pembawa Al Hadits itu. Maka pada
masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in
memerintahkan penghimpunan Al Hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Al Hadits yang
terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan Al Hadits marfu' dan mana yang mauquf
dan mana yang maqthu'.
[sunting]
Masa Pendiwanan dan Penyusunan
Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan Al Hadits. Guna
menghindari salah pengertian bagi umat Islam dalam memahami Hadits sebagai prilaku Nabi
Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan Hadits dan memisahkan kumpulan
Hadits yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad), mana yang mauquf (berisi
prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in). Usaha pembukuan Al Hadits
pada masa ini selain telah dikelompokkan (sebagaimana dimaksud diatas) juga dilakukan
penelitian Sanad dan Rawi-rawi pembawa beritanya sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi)
atas Al Hadits yang ada maupun yang dihafal. Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan
Hadits terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan
pembinaan maghligai Al Hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa
memperbaiki susunan kitab Al Hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun
untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab Al Hadits abad 4 H.
[sunting]
Kitab-kitab Hadits
Berdasarkan masa penghimpunan Al Hadits
[sunting]
Abad ke 2 H
6 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Beberapa kitab yang terkenal :
Al Muwaththa oleh Malik bin Anas
Al Musnad oleh As Syafi'i (tahun 150 - 204 H / 767 - 820 M)
Mukhtaliful Hadist oleh As Syafi'i
Al Jami' oleh Abdurrazzaq Ash Shan'ani
Mushannaf Syu'bah oleh Syu'bah bin Hajjaj (tahun 82 - 160 H / 701 - 776 M)
Mushannaf Sufyan oleh Sufyan bin Uyainah (tahun 107 - 190 H / 725 - 814 M)
Mushannaf Al Laist oleh Al Laist bin Sa'ad (tahun 94 - 175 / 713 - 792 M)
As Sunan Al Auza'i oleh Al Auza'i (tahun 88 - 157 / 707 - 773 M)
As Sunan Al Humaidi (wafat tahun 219 H / 834 M)
Dari kesembilan kitab tersebut yang sangat mendapat perhatian para 'lama hanya tiga, yaitu Al
Muwaththa', Al Musnad dan Mukhtaliful Hadist. Sedangkan selebihnya kurang mendapat
perhatian akhirnya hilang ditelan zaman.
[sunting]
Abad ke 3 H
Musnadul Kabir oleh Ahmad bin Hambal dan 3 macam lainnya yaitu Kitab Shahih, Kitab Sunan
dan Kitab Musnad yang selengkapnya :
Al Jami'ush Shahih Bukhari oleh Bukhari (194-256 H / 810-870 M)
Al Jami'ush Shahih Muslim oleh Muslim (204-261 H / 820-875 M)
As Sunan Ibnu Majah oleh Ibnu Majah (207-273 H / 824-887 M)
As Sunan Abu Dawud oleh Abu Dawud (202-275 H / 817-889 M)
As Sunan At Tirmidzi oleh At Tirmidzi (209-279 H / 825-892 M)
As Sunan Nasai oleh An Nasai (225-303 H / 839-915 M)
As Sunan Darimi oleh Darimi (181-255 H / 797-869 M)
Imam Malik imam Ahmad
[sunting]
Abad ke 4 H
Al Mu'jamul Kabir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
Al Mu'jamul Ausath oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
Al Mu'jamush Shaghir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M)
Ash Shahih oleh Ibnu Khuzaimah (233-311 H / 838-924 M)
At Taqasim wal Anwa' oleh Abu Awwanah (wafat 316 H / 928 M)
As Shahih oleh Abu Hatim bin Hibban (wafat 354 H/ 965 M)
Al Muntaqa oleh Ibnu Sakan (wafat 353 H / 964 M)
As Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
Al Mushannaf oleh Ath Thahawi (239-321 H / 853-933 M)
Al Musnad oleh Ibnu Nashar Ar Razi (wafat 301 H / 913 M)
[sunting]
Abad ke 5 H dan selanjutnya
Hasil penghimpunan
Bersumber dari kutubus sittah saja
7 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Jami'ul Ushul oleh Ibnu Atsir Al Jazari (556-630 H / 1160-1233 M)
Tashiful Wushul oleh Al Fairuz Zabadi (? - ? H / ? - 1084 M)
Bersumber dari kkutubus sittah dan kitab lainnya, yaitu Jami'ul Masanid oleh Ibnu Katsir
(706-774 H / 1302-1373 M)
Bersumber dari selain kutubus sittah, yaitu Jami'ush Shaghir oleh As Sayuthi (849-911 H /
1445-1505 M)
Hasil pembidangan (mengelompokkan ke dalam bidang-bidang)
Kitab Al Hadits Hukum, diantaranya :
Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
As Sunannul Kubra oleh Al Baihaqi (384-458 H / 994-1066 M)
Al Imam oleh Ibnul Daqiqil 'Id (625-702 H / 1228-1302 M)
Muntaqal Akhbar oleh Majduddin Al Hirani (? - 652 H / ? - 1254 M)
Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
'Umdatul Ahkam oleh 'Abdul Ghani Al Maqdisi (541-600 H / 1146-1203 M)
Al Muharrar oleh Ibnu Qadamah Al Maqdisi (675-744 H / 1276-1343 M)
Kitab Al Hadits Akhlaq
At Targhib wat Tarhib oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
Syarah (semacam tafsir untuk Al Hadist)
Untuk Shahih Bukhari terdapat Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
Untuk Shahih Muslim terdapat Minhajul Muhadditsin oleh Imam Nawawi (631-676 H /
1233-1277 M)
Untuk Shahih Muslim terdapat Al Mu'allim oleh Al Maziri (wafat 536 H / 1142 M)
Untuk Muntaqal Akhbar terdapat Nailul Authar oleh As Syaukani (wafat 1250 H / 1834 M)
Untuk Bulughul Maram terdapat Subulussalam oleh Ash Shan'ani (wafat 1099 H / 1687 M)
Mukhtashar (ringkasan)
Untuk Shahih Bukhari diantaranya Tajridush Shahih oleh Al Husain bin Mubarrak (546-631 H /
1152-1233 M)
Untuk Shahih Muslim diantaranya Mukhtashar oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
Lain-lain
Kitab Al Kalimuth Thayyib oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H / 1263-1328 M) berisi hadits-hadits
tentang doa.
Kitab Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M) berisi Al Hadits yang dipandang
shahih menurut syarat Bukhari atau Muslim dan menurut dirinya sendiri.
[sunting]
Beberapa istilah dalam ilmu hadits
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu
hadits antara lain:
Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan Hadits Bukhari dan Muslim
As Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu
Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
As Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut diatas selain Ahmad bin
Hambal
8 / 9
Al hadits
Written by Administrator
Thursday, 14 May 2009 05:57 -
Al Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut diatas selain Imam Bukhari
dan Imam Muslim
Al Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam
Bukhari dan Imam Muslim
Ats Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam
Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.
[sunting]
Referensi
Introduction to the Science of Hadith Classification by Shaikh (Dr.) Suhaib Hassan [1]
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
Metodologi Kritik Matan Hadis oleh Dr. Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi, terjamahan, ISBN
979-578-047-6
9 / 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar